A.
PENGERTIAN
DAN KONSEP PENDAPATAN
Pendapatan adalah
sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan.
Tanpa ada pendapatan mustahil akan
didapat penghasilan atau earnings. Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau
disebut penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa.
Pengertian
tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada beberapa
pandangan yang menegaskan arti konseptual dari pendapatan.
a.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapatan
sebagai berikut “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi.”
b.
Menurut Zaki Baridwan dalam
buku Intermediate Accounting merumuskan pengertian pendapatan
adalah “Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu
badan usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama
suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,
penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain
yang merupakan kegiatan utama adan usaha.”
c.
Menurut M. Munandar (1981:16)
yang mengemukakan bahwa "Pendapatan adalah suatu pertambahan aset
yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukankarena panambahan modal dari pemiliknya, dan bukan pula
merupakan pertambahan aset
yang disebabkan karena betambahnya liabilities.”
d.
Menurut Eldon S. Hendriksen (2000:374) dalam Teori
Akuntansi menjelaskan secara umum bahwa "Pendapatan
adalah sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran
yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses
penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya
pendapatan diakui pada saat penjualan.”
e.
Definisi pendapatan dari C.
Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess (
1992:56-57): “Pendapatan atau revenue merupakan kenaikan kotor atau garis
dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan,
pelayanan jasa kepada klien,penyewaan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan yang bertujuan
untuk memperoleh penghasilan”.
f.
Sofyan Syafri Harahap (2001:236)
mengemukakan bahwa “Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa
yang dibebankan kepada langganan/mereka yang menerima”.
g.
Eldon Hendriksen mengemukakan
definisi mengenai pendapatan sebagai konsep dasar pendapatan
adalah Pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan
jasa selama jarak waktu tertentu.
Definisi-definisi
diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang pendapatan yaitu sebagai
berikut :
a.
Konsep Pendapatan yang memusatkan pada
arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi
perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai inflow of
net asset.
b.
Konsep Pendapatan yang memusatkan
perhatian kepada penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen
lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good
and services.
Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional :
a.
Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic
Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan
oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama
satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah
negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal
yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari
GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
b.
Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National
Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk
hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di
luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang
beroperasi di wilayah negara tersebut.
c.
Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net
National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa
yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.
Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang
dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada
pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
d.
Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal
Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam
masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.
Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer
payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang
bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian
pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan
sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan
sebagainya.
e.
Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable
Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang
dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi
investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.
Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan.
B.
METODE
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Ada tiga cara perhitungan pendapatan nasional, yaitu metode output
(output approach), metode pendapatan (income approach), dan metode pengeluaran
(exspenditure approach). Masing-masing metode (pendekatan) melihat pendapatan
nasional dari sudut pandang yang berbeda,tetapi hasilnya saling melengkapi.
a.
Metode Output (Output
Approach) atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang
dihasilkan oleh suatuperekonomian. Cara perhitungan dalam praktik adalah dengan
membagi-bagi perekonomianmenjadi beberapa sektor produksi.
b.
Metode Pendapatan (Income
Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai
nilai total balas jasa atasfactor produksi yang digunakan dalam proses
produksi.
c.
Pengeluaran (Exspenditure
Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total
pengeluaran dalam perekonomianselama periode tertentu. Menurut metode ini ada
beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :
a.
Konsumsi Rumah Tangga (Household
Consumption)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir,
baik barang dan jasa yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods)
maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama
(non-durable goods).
b.
Konsumsi Pemerintah (Government
Consumption)
Yang termasuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah
pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa
akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk
tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
c.
Pengeluaran Investasi (Investment
Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan
pengeluaran sektor dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan
stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.
d.
Ekspor Neto (Net Export)
Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara
nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor
lebih besar daipada impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian
melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
C.
MASALAH-MASALAH
DAN KETERBATASAN DALAM PERHITUNGAN PDB
Semua negara di dunia menghitung PDB (Produk Domestik Bruto) untuk
kinerja perekonomiannya. Walaupun begitu, data PDB perlu dilihat secara
hati-hati karena ada beberapa hal yang tidak dapat diakomodasikan sehingga
tidak dapat menjadi satu-satunya indikator dalam menentukan tingkat
kesejahteraan suatu negara.
Masalah dalam PDB
Permasalahan PDB terletak pada pembandingan tingkat
kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun, akan terjadi jika
kita salah menggunakan perhitungan PDB.
Keterbatasan Perhitungan PDB
PDB tidak memasukan transaksi yang terjadi pada “underground economy” (perekonomian
bawah tanah). Perekonomian seperti sektor informal atau sektor illegal seperti
penjualan narkoba, dan sektor lain yang sulit tercatat oleh negara tidak masuk
dalam perhitungan PDB. Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat undervalued (lebih rendah) dari yang
seharusnya.
PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial
suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antar waktu. Untuk mengukur kemakmuran suatu negara, PDB merupakan indikator yang cukup baik. Akan tetapi, kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi. Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran, tingkat kematian ibu dan bayi, angka harapan hidup, tingkat buta huruf, dan lain-lain.
PDB tidak mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara penduduknya atau tidak . Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang besar dengan sebagian kecil penduduk menikmati sebagian besar PDB . Beberapa indikator lain perlu digunakan untuk melengkapi data PDB yang menunjukan ketimpangan yang terjadi, salah satunya adalah Koefisien Gini.
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antar waktu. Untuk mengukur kemakmuran suatu negara, PDB merupakan indikator yang cukup baik. Akan tetapi, kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi. Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran, tingkat kematian ibu dan bayi, angka harapan hidup, tingkat buta huruf, dan lain-lain.
PDB tidak mencerminkan pemerataan pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat menunjukan apakah pendapatan nasional tersebut terbagi secara merata diantara penduduknya atau tidak . Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang besar dengan sebagian kecil penduduk menikmati sebagian besar PDB . Beberapa indikator lain perlu digunakan untuk melengkapi data PDB yang menunjukan ketimpangan yang terjadi, salah satunya adalah Koefisien Gini.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar